Selasa, 23 Juli 2013

TAWAKKAL ADALAH CIRI KHUSUS HAMBA YANG BERIMAN


اَلْحَمْدُلِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِىْن
 
Kata Tawakkal sangat akrab dengan kita dalam kehidupan sehari - hari , tetapi begitu sulit memahami makna Tawakkal yang sebenarnya apalagi melaksanakan dan mengamalkan Tawakkal. Secara Etimologi bahasa arab Tawakkal berasal dari Fi'il Madli ( kata kerja yg lampau ) yang berarti berserah diri, arti secara istilah umum menurut para ulama Tashawuf yaitu menyerahkan segala urusan baik urusan dunia maupun urusan akhirat hanya kepada Allah semata. betapapun sulit dan berat untuk mengamalkannya  itu suatu kewajiban seorang hamba untuk berusaha semampunya untuk mengamalkan nya karena di dalamnya tersimpan hikmah besar dan kemuliaan dan martabat di sisi masyarakat, adalah  buah dari tawakkal kepada Allah Swt. Orang yang bertawakkal tidak pernah bergantung kepada orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt tuhan semesta Alam. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan, apalagi melakukan segala upaya yang hina. Sehingga martabat dan kemuliaannya tetap selalu terjaga yaitu martabat sebagai hamba Allah Dzat yang Maha Perkasa . 

Imam Alghozali memberikan keterangan yang terperinci dalam kitab beliau  ihya ulumiddin juz 3 dalam pembahasan rub'ul munjiyat bahwa tawakkal adalah dasar dari iman seorang muslim. 

Ilmu pengetahuan, industri, seni dan teknologi, menjadi sumber prestasi bagi manusia. Dengan ilmu dan teknologi manusia dapat mencapai kemakmuran materi dan memiliki berbagai fasilitas dalam kehidupannya, serta banyak hal yang awalnya tidak diketahui manusia menjadi tampak jelas baginya.
Dewasa ini, banyak fenomena yang telah dipahami oleh ilmu manusia, namun ada satu poin yang menjadi perenungan dan harus ditinjau ulang oleh para pakar, yaitu kemajuan dan kemampuan materi tidak mampu memenuhi kebutuhan ruh dan jiwa manusia seperti kebutuhan akan ketentraman, ketenangan, rasa optimis dan harapan akan masa depan.
Saat ini, banyak problem yang mengancam masyarakat, di mana kecemasan dan depresi adalah yang paling umum dialami mereka. Ilmu psikologi, bimbingan dan psikiatri dengan berbagai metodenya, berupaya memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Berbagai aliran pengobatan psikologi, mulai dari terapi perilaku, terapi psikoanalitik dan pengobatan yang didasarkan pada nalar dan emosi serta bentuk pengobatan yang lainnya, diterapkan demi membantu manusia menghilangkan problemnya. Selain berbagai metode pengobatan tersebut, agama datang untuk membantu manusia dan memberikan strategi psikologis khusus untuk menghadapi masalah-masalah kejiwaan.
Tawakal kepada Allah Swt adalah salah satu metode yang dapat membantu manusia. Berbagai riset dan pengamatan empiris menekankan akan hal itu, dimana tawakal kepada Allah Swt dapat mengurangi rasa cemas dan depresi, bahkan berbagai penyakit fisik yang disebabkan oleh masalah psikologis, serta menciptakan ketentraman, keberanian, optimisme, percaya diri dan kesabaran bagi manusia. Dalam Islam ditegaskan bahwa tawakal kepada Allah Swt sebagai salah satu strategi penting agama demi kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.
ARTI TAWAKKAL DLM ALQURAN
Secara etimologi, tawakal adalah mempercayakan, memasrahkan dan menyerahkan permasalahan kepada pihak lain. Tawakal menunjukkan adanya kelemahan dan ketergantungan kepada pihak lain. Dalam Al-Qur'an, kata tawakkal berjumlah 42 dalam segala bentuk, tunggal atau jamak, berkonotasi memasrahkan diri, memercayakan serta menyerahkan segala permasalahan kepada Allah Swt. Sedangkan secara istilah,  salah satu definisi tawakkal adalah bentuk ketergantungan dan kepasrahan yang benar kepada Allah swt sebagai zat yang berkuasa mendatangkan manfaat dan menolak marabahaya dengan senantiasa melakukan ikhtiar sempurna (usaha) sebagaimana yang diperintahkan-Nya.
Bertawakkal bukan berarti tidak melakukan ikhtiar, tetapi lebih dari itu, tawakkal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT sembari senantiasa melakukan ikhtiar. Rahasia dan hakikat tawakal adalah kepasrahan jiwa kepada Allah swt, karena itu segala bentuk ikhtiar tidak akan ada manfaatnya, jika dilakukan tanpa kepasrahan kepada Allah.

Ketika manusia menghadapi masalah dan merasa dirinya sendiri tidak mampu menyelesaikan masalah itu, maka ia akan menyerahkan masalah tersebut kepada seseorang yang mampu menyelesaikannya, dan dengan jalan tersebut ia telah meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu, jika yang diwakilkan adalah seseorang yang berilmu, mampu dan berkualitas, serta memiliki minat dan simpati tinggi kepada yang mewakilkan, maka penyerahan tersebut akan memiliki nilai tinggi dan kemungkinan berhasilnya pun akan lebih besar.

Kenyataan ini sesuai dengan tawakal manusia kepada Allah Swt. Manusia senantiasa menghadapi masalah dalam hidupnya, dan mengingat manusia memiliki banyak keterbatasan dan tidak mampu menyelesaikan masalahanya sendiri, maka untuk menutupi ketidakmampuan dan kelemahannya, selain menggunakan faktor alamiah dan materi, ia harus bersandar kepada kekuatan tak terbatas Allah Swt dan percaya kepada-Nya, serta memohon pertolongan Allah Swt supaya sukses dalam mengatur urusan kehidupannya. Allah Swt sebagai pencipta manusia lebih mengetahui segala sesuatu yang menguntungkan atau merugikan manusia dan tentunya Dia lebih penyanyang dari segalanya. 
Sebagaimana keutamaan akhlak yang lain, tawakal juga memiliki berbagai sebab dan sumber. Namun dapat dikatakan bahwa pennyebab utama tawakal adalah iman dan yakin kepada zat suci Allah Swt dan keindahan serta keagungan-Nya. Ketika manusia menyadari kekuatan dan ilmu tak terbatas Allah Swt dan melihat dunia sebagai panggung anugerah tak terbatas-Nya, maka ia dengan penuh keyakinan akan bertawakal dan menyerahkan dirinya kepada Allah Swt. Saat manusia berada dalam masalah, Ia akan berpegang hanya kepada Allah Swt dan selain berusaha, ia juga akan memohon keberhasilan kepada-Nya.
Percaya penuh kepada Allah Swt demi meraih ketenangan jiwa dapat menghilangkan kecemasan dan kegelisaan, sehingga manusia dengan mudah dapat melangkah untuk meraih hasilnya. Salah satu ciri orang yang bertawakal adalah di saat bahagia ia tidak terlalu berbangga, dan tatkala kebahagiaan itu lenyap, ia juga tidak terlalu gelisah dan sedih, namun ia semaksimal mungkin berupaya memenuhi keperluannya dan menyerahkan hasilnya kepada Allah Swt. Ia yakin bahwa Allah Swt akan menolongnya.
Manusia seperti itu bagaikan orang yang berlindung di benteng yang kuat dan musuh tidak dapat menjangkaunya. Oleh sebab itu, orang-orang mukmin tatkala menghadapi masalah, mereka langsung berlindung di bawah benteng tawakal, di mana tak seorang pun dapat menembus benteng tersebut. Dengan begitu kegelisahan dan ketakutan tidak ada artinya bagi mereka.
Banyak ayat Al-Quran dan riwayat yang menjelaskan tentang tawakal. Dalam tujuh ayat secara berulang disebutkan kalimat yang artinya orang-orang yang beriman harus bergantung hanya kepada Allah Swt. Kalimat tersebut secara jelas menerangkan hubungan antara iman dan tawakal.

Dalam surat Ash-Syu'ara ayat 61 sampai 63, Allah Swt berfirman,



 "Maka tatkala kedua kelompok itu saling melihat, para pengikut Musa berkata ketakutan, Sesungguhnya Firaun dan kaumnya hampir menyusul dan kemudian membunuh kita. Musa menjawab: Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.  Lalu Kami wahyukan kepada Musa: Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar."

Kedua ayat tersebut mengisahkan tentang Nabi Musa as dan kaumnya. Ketika kaum Nabi Musa as melihat bala tentara Firaun yang mengejar mereka, mereka ketakutan dan menyatakan bahwa mereka tidak akan mampu menghadapai tentara Firaun. Namun Nabi Musa as menenangkan mereka dan mengingatkan kaumnya bahwa Allah Swt bersama mereka.
Pada hakikatnya, salah satu metode efektif yang dilakukan semua nabi dalam menghadapi masalah adalah tawakal kepada zat tak terbatas Allah Swt. Manusia yang bertawakal, dalam dirinya akan timbul energi dan kekuatan serta akan menemukan kesabaran yang berkesinambungan demi mencapai tujuan-tujuannya.
Selain itu, ia akan menemukan arti dari segala peristiwa yang ia alami dalam kehidupannya. Pemahaman tersebut dapat membantunya dalam menafsirkan fenomena kehidupannya, sehingga terlepas dari sesuatu yang tidak berguna dan tak berarti. Manusia seperti ini tidak akan pernah merasa putus asa dan akan terus berupaya demi mencapai tujuannya, namun jika mereka tidak mendapat hasil yang diinginkan, mereka menilai bahwa ada kebaikan di balik itu.

Terkait hal itu,  Allah Swt dalam surat al-Baqarah ayat 216 berfirman,


 ".... Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Salah satu sisi lain dari tawakkal kepada Allah Swt adalah harapan manusia kepada anugerah Allah tatkala mengalami kondisi yang sulit. Munculnya harapan untuk terbebas dari kegelisahan dan masalah / problem, serta harapan untuk mendapat pertolongan Allah Swt dalam memerangi kebathilan, merupakan dampak dari tawakkal. Orang yang bertawakkal merasa yakin akan mendapat pertolongan Allah Swt, sehingga ia tidak tenggelam dalam masalah yang ia hadapi.

Manfaat lain dari tawakal adalah memiliki hati dan kemandirian yang kuat dalam mengambil keputusan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa "Barang siapa yang ingin menjadi orang yang paling dicintai masyakarat, maka ia harus bertakwa, dan barang siapa ingin manjadi orang terkuat di masyarakat, maka ia harus bertawakkal kepada Allah Swt, dan....."

Kemuliaan dan martabat dalam bidang sosial adalah cahaya dari tawakkal sebagai anugerah dari kepada Allah Swt kepada seorang mukmin. Orang yang bertawakkal tidak pernah bergantung dan meminta kepada orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt yang Maha Perkasa. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan yang ia inginkan, sehingga kesucian  martabat dan kemuliaannnya selalu tetap terjaga sampai akhir hayatnya .

Terkait hal itu, dalam surat al-Anfal ayat 49, Allah Swt berfirman,



 "… (Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mu'min) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barang-siapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".  ."

Dengan tawakkal, urusan materi dan maknawi manusia akan teratur dengan baik dan sesuai dengan segala yang di perintah dan tentukan oleh Allah SWT Pencipta alam semesta. Ia akan mendapat rizki terbaik yang tidak pernah ia bayangkan dan  tak pernah ia pikirkan sebelumnya dan ia akan menjalani hidupnya di jalan yang benar dengan rasa puas dan optimis. Rasa puas tersebut dapat menjauhkan manusia dari penyakit-penyakit jiwa dan akhlak.Semoga Allah senantiasa memberikan pertolongan NYA kepada  kita dan semua kaum muslimin supaya bisa manjalankan perintah Allah dengan kesempurnaan dan keikhlasan. Sebagai bentuk harapan kita agar Allah SWT menjauhkan kita semua dari semua siksa dan azab dunia apalagi azab akhirat.Amin Ya Robbal Alamin.

Wallahu A'lamu bishshowab, wabillahittawfiq walhidayah




  ( BIAR MISKIN ASAL TENANG = BMAT )                                         Trims buat P SANI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar